Recent Posts

Breaking News
recent

SUMBER DAYA MANUSIA



SUMBER DAYA MANUSIA
Makalah ini disusun guna memenuhi persyaratan
Mata Kuliah Tafsir Ayat Ekonomi 1
Dosen Pengampu: Drs. Tarmizi, M.Ag









Disusun Oleh :
Kelompok 6
1.      Dwi Yulianto          (14118064)


Kelas B


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
JURAI SIWO METRO
2015
KATA PENGANTAR


Assalamualaikum Wr. Wb

                   Puji syukur atas kehadirat  Allah SWT , karena atas Taufiq dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Sumber Daya Manusia”.
Makalah ini disusun untuk melengkapi sebagian tugas Mata Kuliah Tafsir Ayat Ekonomi 1. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada Drs. Tarmizi, M.Ag selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Tafsir Ayat Ekonomi 1.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi kami selaku penulis khususnya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan ke arah yang lebih baik.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb



Metro, Oktober 2015


Penyusun





DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.................................................................................... 1       
B.     Rumusan Masalah............................................................................... 1
C.     Tujuan Penulisan Makalah.................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Sumber Daya Manusia...................................................... 3
B.     Ayat- Ayat Terkait SDM.................................................................... 3       
1.      QS. Al-Baqarah 30,31................................................................... 3       
2.      QS. Ar-Rum 30..............................................................................
3.      QS. Ar-Rum 41............................................................................. 6
4.      QS. Al-Hadid 7..............................................................................
5.      QS. Al-Mulk 15............................................................................ 7
6.      QS. Qhasash 77 ............................................................................  9       
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan....................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Ibadah habluminallah, padahal manusia juga harus memperhatikan  aspekhabluminnas, dimana salah satunya manusia harus melakukan transaksi dan perniagaan yang dapat mendukung sarana peribadatan mereka, bahkan di dalam beberapa surat di dalam Al-Quran, mencari rezeki merupakan sebuah kewajiban dan diperintah secara langsung oleh hubungan sosial dalam dunia Islam mencerminkan pula taraf perkembangan ekonomi negara yang bersangkutan, dan dengan majunya perkembangan ekonomi negara-negara tersebut berangsur akan dipengaruhi oleh sikap dan prilaku dunia barat dan berubahnya  yang disebut masyarakat modern. Rupanya terdapat anggapan bahwa adanya pertentangan antara perkembangan atau kemajuan dan nilai-nilai tradisional dan nilai ini menjadi kuno dengan berlangsungnya kemajuan. Dikalangan umat Islam terdapat perbedaan pendapat mengenai pemahaman benar atau tidaknya pertentangan tersebut. Atau pihak yang beranggapan bahwa kemajuan ekonomi memupuk paham matrealisme. Padahal Islam mengatur urusan dunia dan akhirat. Di sisi lain Islam mengurus masalah ibadah, bagaimana mencari pahala dan amaliah-amaliah yang harus dilakukan untuk melaksanakan kewajiban kepada Allah SWT.

B.     Rumusan Masalah
            Berdasarkan dari latar belakang di atas maka masalah penelitian dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.      Bagaimanakah Tafsir Mufradat Ayat Tentang Sumber Daya Manusia ?
2.      Bagaimanakah Asbabun Nuzul Ayat Tentang Sumber Daya Manusia?
3.      Bagaimanakah Kandungan Masing-masing ayat ?
4.      Bagaimanakah Munasabah Ayat tentang Sumber Daya Manusia ?

C.    Tujuan Penulisan Makalah
            Tujuan penulis dalam pembuatan makalah ini yaitu;
1.      Untuk mengetahui Tafsir Mufradat Ayat tentang Sumber Daya Manusia.
2.      Untuk mengetahui Asbabun Nuzul Ayat tentang Sumber Daya Manusia.
3.      Untuk mengetahui Kandungan Masing-masing ayat.
4.      Untuk mengetahui Munasabah Ayat tentang Sumber Daya Manusia
















BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM yaitu potensi  yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan.

B.     Ayat-Ayat Yang Terkait SDM
1.      QS. Al-Baqarah ayat 30-31

øŒÎ)ur tA$s% š/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkŽÏù `tB ßÅ¡øÿム$pkŽÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB Ÿw tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ   zN¯=tæur tPyŠ#uä uä!$oÿôœF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ   
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
a.      Kandungan ayat
Al-Baqarah ayat 30
            Menurut Quraish Shihab, kata khalifah pada mulanya berarti yang menggantikan atau yang datang sesudah siapa yang datang sebelumnya. Atas dasar ini kata khalifah ada yang memahami dalam arti yang menggantikan Allah dalam menegakkan kehendak-Nya dan menerapkan ketetapan-ketetapan-Nya, namun hal ini bukan berarti Allah tidak mampu atau menjadikan manusia berkedudukan sebagai Tuhan, namun karena Allah bermaksud menguji manusia dan memberinya penghormatan.[1]
Al-Baqarah ayat 31
            Pada ayat ini menginformasikan bahwa manusia dianugerahi Allah potensi untuk mengetahui nama atau fungsi dan karakteristik benda-benda. Misalnya fungsi api, angin, air dan sebagainya. Dia juga dianugerahi potensi untukberbahasa. Sistem pengajaran bahasa kepada manusia (anak kecil) bukan di mulai
denghan kata kerja, tetapi mengajarkannya terlebih dahulu nama-nama.
            Sebagian ulama ada yang memahami pengajaran nama-nama kepada Adam dalam arti mengajarkan kata-kata. Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa ketika dipaparkan nama-nama benda itu, pada saat yang sama beliau mendengar suara yang menyebut nama benda itu pada saat dipaparkannya, sehingga beliau memiliki kemampuan untuk memberi kepada masing-masing benda nama-nama yang membedakannya dari benda yang lain. Pendapat ini lebih baik dari pendapat pertama. Ia pun tercakup oleh kata mengajar karena mengajar tidak selalu dalam bentuk mendiktekan sesuatu atau menyampaikan suatu kata atau ide, tetapi dapat juga dalam arti mengasah potensi yang dimiliki peserta didik
sehingga pada akhirnya potensi itu terasah dan dapat melahirkan aneka pengetahuan.
            Dengan demikian salah satu keistimewaan manusia adalah
kemampuannya mengekspresikan apa yang terlintas dalam benaknya serta kemampuannya menagkap bahasa sehingga ini mengantarkannya untuk “mengetahui”. Di sisi lain kemampuan manusia merumuskan ide dan memberi nama bagi segala sesuatu merupakan langkah menuju terciptanya manusia berpengetahuan dan lahirnya ilmu pengetahuan.
Di samping itu nama-nama segala benda yang oleh para ahli tafsir
diartikan sifat segala sesuatu serta ciri-cirinya yang lebih dalam, segala sesuatu
disini termasuk juga perasaan. Ciri-ciri dan perasaan tertentu yang berada di luar para malaikat oleh Tuhan diberikan pada sifat manusia. Dengan demikian manusia mampu menggunakan cinta kasih dan memahami arti cinta kasih dan dengan ini manusia membuat rencana serta berinisiatif, sesuai kedudukannya sebagai khalifah.
                                                                      
2.      QS. Ar-Rum ayat 30:
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $ZÿÏZym 4 |NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù }¨$¨Z9$# $pköŽn=tæ 4 Ÿw Ÿ@ƒÏö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 šÏ9ºsŒ ÚúïÏe$!$# ÞOÍhŠs)ø9$#  ÆÅ3»s9ur uŽsYò2r& Ĩ$¨Z9$# Ÿw tbqßJn=ôètƒ ÇÌÉÈ  
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

a.      Kandungan ayat
          Pada ayat tersebut dapat diambil kata kunci yaitu “Fitrah Allah”. Maksud fitrah Allah yaitu, bahwasannya Allah menciptakan manusia dengan mempunyai naluri beragama. Naluri beragama itu sendiri adalah agama tauhid. Sehingga tidak ada manusia yang tidak beragama tauhid. Apabila manusia tidak memiliki naluri itu (agama tauhid) sejak lahir, maka hal itu tidaklah wajar. Sebab Allah telah memberikan naruri tersebut sejak manusia diciptakan. Apabila ada manusia tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.[2]

3.      QS. Ar-Rum ayat 41:
tygsß ßŠ$|¡xÿø9$# Îû ÎhŽy9ø9$# ̍óst7ø9$#ur $yJÎ/ ôMt6|¡x. Ï÷ƒr& Ĩ$¨Z9$# Nßgs)ƒÉãÏ9 uÙ÷èt/ Ï%©!$# (#qè=ÏHxå öNßg¯=yès9 tbqãèÅ_ötƒ ÇÍÊÈ  
Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).[3]
a.      Tafsiran ayat
بِمَا كَسَبَتْ
     “Disebabkan”
          Kerusakan yang terjadi di bumi disebabkan oleh manusia. Manusia adalah khalifah yang tidak seharusnya merusak alam semesta yang telah Allah ciptakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya salah satunya. Namun, pada kenyataannya akibat dari perbuatan tangan manusia yang tidak bisa menjaga yang ada dibumi yang telah Allah ciptakan.
b.      Kandungan ayat
          Terjadinya kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan manusia sendiri dan pahala bagi orang yang beriman. Tingkah perilaku manusia yang serakah, perusak dan perlakuan buruk lainnya terhadap alam sesungguhnya hanyalah menyengsarakan manusia itu sendiri. Berbagai macam bencana seperti banjir, tanah longsor, kekeringan dan panasnya bumi sebenarnya juga merupakan akibat ulah tangan manusia yang tidak memperhatikan alam. Didalam agama islam kita di ajarkan untuk senantiasa menjaga dan melindungi alam dan lingkungan sekitar. Bahkan saat beribadah pun umat islam juga di perintahkan untuk menjaga alam contohnya saja larangan menebang pohon saat naik haji, larangan berboros (jika kita boros maka sumber daya akan semakin cepat habis).
c.       Munasabah Ayat
Pada QS. Ar Rum ayat 41 sebaliknya bahwa kerusakan di darat dan di laut adalah akibat ulah tangan manusia itu sendiri yang tidak menggunakan potensi yang dimiliki dalam hal kebaikan artinya ada kesewenang-wenangan manusia sebagai khalifah (yang mengatur) bencana yang terjadi di bumi adalah satu peringatan agar manusia menyadari kekeliruannya atau dalam surat Ar Rum di sebutkan Agar manusia kembali ke jalan yang benar artinya ada pelajaran penting dalam tiap bencana yang terjadi.[4]

4.      QS. Al-Hadid ayat 7:
(#qãZÏB#uä «!$$Î/ ¾Ï&Î!qßuur (#qà)ÏÿRr&ur $£JÏB /ä3n=yèy_ tûüÏÿn=øÜtGó¡B ÏmŠÏù ( tûïÏ%©!$$sù (#qãZtB#uä óOä3ZÏB (#qà)xÿRr&ur öNçlm; ֍ô_r& ׎Î7x. ÇÐÈ  
Artinya: Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.
a.      Kandungan ayat
                        Dalam ayat di atas ada kata menguasai, yang dimaksud dengan menguasai di sini ialah menguasai yang bukan secara mutlak. Penguasa (menguasai) yang hak milik pada hakikatnya adalah hanya pada Allah. Manusia dalam menafkahkan hartanya itu haruslah menurut hukum-hukum yang telah disyariatkan Allah, karena dalam menafkahkan hartanya manusia tidak boleh kikir dan boros.[5]

5.      QS. Al-Mulk ayat 15
uqèd Ï%©!$# Ÿ@yèy_ ãNä3s9 uÚöF{$# Zwqä9sŒ (#qà±øB$$sù Îû $pkÈ:Ï.$uZtB (#qè=ä.ur `ÏB ¾ÏmÏ%øÍh ( Ïmøs9Î)ur âqà±Y9$# ÇÊÎÈ  
Artinya: Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.
a.      Kandungan ayat
$pkÈ:Ï.$uZtB
Dalam ayat di atas ada tiga tafsiran, yaitu:
1.      Jalan, sehingga maknanya, “Maka berjalanlah di segala jalan.” Ini adalah pendapat Ibnu ‘Abbas dan Mujahid.
2.      Gunung, sehingga maknanya, “Maka berjalanlah di setiap gunung.” Jika gunung saja mampu ditempuh, maka lebih-lebih daerah yang rendah di bawahnya. Ini adalah pendapat Ibnu ‘Abbas lainnya, pendapat Qotadah dan Az Zujaj.
3.      Penjuru, sehingga maknanya, “Maka berjalanlah di setiap penjuru bumi.” Ini adalah pendapat Maqotil, Al Farro’, Abu ‘Ubaidah, dan Ibnu Qutaibah.[15] Makna inilah yang dipakai oleh terjemahan DEPAG RI.
           
            Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di menjelaskan ayat di atas, “Sesungguhnya Allah yang menundukkan bumi bagi kalian agar kalian bisa memenuhi berbagai kebutuhan (hajat) kalian.” Ini menunjukkan nikmat Allah dengan memberikan segala kemudahan bagi setiap manusia. Maka Allah-lah yang pantas dipuji dan disanjung. Dari surah di atas juga menunjukkan disyariatkannya berjalan di muka bumi untuk mencari rizki dengan berdagang, bertani, dan lain-lain
            Sahl At Tusturi mengatakan, ”Barangsiapa mencela usaha (meninggalkan sebab) maka dia telah mencela sunnatullah (ketentuan yang Allah tetapkan). Barangsiapa mencela tawakkal (tidak mau bersandar pada Allah) maka dia telah meninggalkan keimanan.” (Jaami’ul Ulum wal Hikam). Silakan lihat pembahasan selengkapnyadi sini.[6]

6.      QS. Al-Qhasash : 77
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù š9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( Ÿwur š[Ys? y7t7ŠÅÁtR šÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJŸ2 z`|¡ômr& ª!$# šøs9Î) ( Ÿwur Æ÷ö7s? yŠ$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ  

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
a.      Tafsiran Ayat:
اَحْسِنْ
            “yang terbaik”
Allah menciptakan manusia itu sebagai makhluk yang paling baik diantara makhluk-makhluk lainnya, oleh karena itu Allah menciptakan yang ada dibumi ini untuk bisa dijaga dan  dirawat dengan baik oleh manusia bukan untuk dirusak atau pun diporak-porandakan menjadi tidak beraturan.


b.      Kandungan Ayat
Kisah Qarun pada masa Nabi Musa AS dan kekayaannya harus dijadikan pelajaran bagi manusia yang ingin bermewah-mewah. Makna lain yang terkandung dalam ayat ini adalah Janganlah seseorang itu meninggalkan sama sekali kesenangan dunia baik berupa makanan, minuman dan pakaian serta kesenangan-kesenangan yang lain sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran yang telah digariskan oleh Allah SWT, karena baik untuk Tuhan, untuk diri sendiri maupun keluarga, semuanya itu mempunyai hak atas seseorang yang harus dilaksanakan. Sabda Nabi Muhammad saw :
“Kerjakanlah (urusan) duniamu seakan-akan kamu akan hidup selama-lamanya. Don laksanakanlah amalan akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok. (H.R. Ibnu Asakir)”[7]
c.       Munasabah Ayat
Pada QS. Al-Qashas kita diperintahkan untuk berbuat baik kepada sesama manusia sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu artinya saling memberi manfaat dengan tidak merugikan sesama makhluknya potensi manusia yang dibekali akal untuk berfikir bagaimana kita dapat saling menjaga, melindungi sesama makhluk ciptaan Tuhan dan kemudian menjaga bumi yang merupakan wujud kebaikan Tuhan atas diberikannya tempat hidup sehingga manusia dapat merasakan bahagia dan masih banyak lagi kenikmatan yang diberikan Allah swt.






BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
                        Kandungan dari Surat QS. Al-Baqarah 30,31; QS. Ar-Rum 30,41; QS. Al-Hadid 7; QS. Al-Mulk 15; QS. Qhasash 77 sesuai dengan tema kami Sumber Daya Manusia manusia, bahwa manusia diciptakan ke dunia dengan potensi yang tidak dimiliki makhluk lainnya. Manusia memiliki bekal akal dan hati nurani yang membuatnya mampu berfikir untuk senantiasa melakukan perubahan ke arah positif atau lebih baik. selain itu, kehidupan dunia yang dijalani oleh manusia adalah cerminan akhirat kelak. Ketika di dunia kita mencari rezki dengan jalan yang baik kemudian memanfaaatkan untuk kebaikan maka akhirat akan kita raih. Kemudian Allah memberi peringatan bahwa telah nampak kerusakan di darat dan di laut karena ulah tangan manusia yang bathil dalam usaha-usaha mencari rizeki dunia kerusakan itu kemudian akan dinampakan lewat bencana alam yang terjadi di dunia ini.                               














DAFTAR PUSTAKA

Hadirin SP, Choirudin. 2005. Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an, Jakarta:Gema Insani.
Mahali, Mudzab. 1983. Asbabunuzul.  Jakarta:Rajawali.
Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tengku. 2000. Tafsir Al-Quranul Majid AN-NUUR jilid 3. Semarang:Pustaka Rizki Putra.
Quraish Shihab, 2007. Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan.
Tafsir Al Jalalain, 1425 H. Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al Muhalli dan Jalaluddin ‘Abdurrahman bin Abi Bakr As Suyuthi, Maktabah Ash Shofaa, 1425 H.
















                [1] Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat,(Bandung: Mizan, 2007) hlm. 157
                [2]A.Mudzab Mahali, Asbabunuzul, (Jakarta : Rajawali, 1983), h. 23-39
                [3]Ibid.,h. 54.
                [4] Choirudin Hadirin SP, klasifikasi Kandungan Al-Qur’an, (Jakarta : Gema Insani,2005),h. 292

                [5] Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy,Tasfsir Al-Quranul Majid AN-NUUR jilid 3, (Semarang: Pt Pustaka Rizki Putra, 2000), h.
[6] Tafsir Al Jalalain, Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al Muhalli dan Jalaluddin ‘Abdurrahman bin Abi Bakr As Suyuthi, hal. 562, Maktabah Ash Shofaa, cetakan pertama, 1425 H.
                [7] Choirudin Hadirin SP. Ibid, h.310
Unknown

Unknown

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.